pengertian-pemimpin-dan-kepemimpinan
Istilah
pemimpin, kemimpinan, dan memimpin pada mulanya berasal dari kata dasar yang
sama "pimpin". Dalam bahasa Indonesia "pemimpin" sering
disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak,
ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya. Sedangkan istilah
Memimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan
dengan kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara. Pemimpin
adalah suatu lakon/peran dalam sistem tertentu; karenanya seseorang dalam peran
formal belum tentu memiliki ketrampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu
memimpin.
Arti pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan - khususnya kecakapan-kelebihan di satu bidang , sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian satu beberapa tujuan.[1]
Arti pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan - khususnya kecakapan-kelebihan di satu bidang , sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian satu beberapa tujuan.[1]
Dalam
suatu organisasi kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam
menentukan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.
Kepemimpinan merupakan titik sentral dan penentu kebijakan dari kegiatan yang
akan dilaksanakan dalam organisasi. Kepemimpinan adalah aktivitas untuk
mempengaruhi perilaku orang lain agar supaya mereka mau diarahkan untuk
mencapai tujuan tertentu.[2]
Sedangkan menurut Robbins, kepemimpian adalah kemampuan untuk mempengaruhi
suatu kelompok untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Ngalim Purwanto, kepemimpinan adalah sekumpulan dari
serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk didalamnya
kewibawaan untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang
dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa
tidak terpaksa.
Unsur
pokok kepemimpinan :
1.
kepemimpinan melibatkan orang lain dan adanya
situasi kelompok atau organisasi tempat pemimpin dan anggotanya berinteraksi
2.
di dalam kepemimpinan terjadi pembagian
kekuasaan dan proses mempengaruhi bawahan oleh pemimpin, dan
3.
adanya tujuan bersama yang harus dicapai.[3]
A. Tujuan
Kepemimpinan
1.
Sarana
dalam mencapai tujuan
Kepemimpinan adalah sarana
penting untuk mencapai tujuan. Dengan memperhatikan apakah tujuan tercapai atau
tidak dan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut, maka kita bisa mengetahui
jiwa kepemimpinan dari seseorang.
2.
Memotivasi
orang lain
Tujuan kepemimpinan yang lain adalah untuk membantu
orang lain menjadi termotivasi, mempertahankan serta meningkatkan motivasi di
dalam diri mereka. Dengan kata lain, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang
bisa memotivasi pengikut/ bawahan untuk mencapai tujuang yang diinginkan.
Dalam perspektif Islam, pemimpin merupakan hal cukup
fundamental dalam tatanan sosial. Ia menempati posisi tertinggi dalam bangunan
masyarakat. Ibarat kepala dari seluruh tubuh, peranannya sangat menentukan
perjalanan dalam mewujudkan kemaslahatan umat. Tak hanya kemaslahatan dunia,
seorang pemimpin juga memiliki tanggung jawab besar untuk mengatur serta
mengawasi tegaknya syari’at Allah.
Sebagaimana yang telah diketahui bersama, tujuan utama
penciptaan manusia adalah untuk beribadah dan mengabdikan diri sepenuhnya
kepada Allah Ta’ala. Namun dalam perjalanannya, manusia senantiasa dibelenggu
dan digoda oleh setan agar berpaling dari pengabdian tersebut. Sehingga Allah
Ta’ala mengutus para nabi dan rasul-Nya untuk memimpin manusia agar senantiasa
taat kepada Allah. Setelah penutup para nabi wafat, maka tugas memimpin
tersebut berpindah ke pundak para imam (khalifah) kaum Muslimin.
B. Fungsi
Kepemimpinan
1. Fungsi Administratif
Yang dimaksud dengan fungsi
Administratif adalah pengadaan formula kebijakan administrasi di dalam suatu
organisasi dan menyediakan segala fasilitasnya.
2. Fungsi sebagai Top Manajemen
Fungsi sebagai Top Manajemen adalah
fungsi pemimpin dalam proses aktivitas pembuatan Planning, Organizing,
Staffing, Directing, Commanding, dan Controlling.
3.
Fungsi
Instruktif
Pemimpin berperan sebagai
komunikator yang menentukan apa (isi perintah), bagaimana (cara melakukan),
bilamana (waktu pelaksanaan), dan di mana (tempat mengerjakan) agar keputusan
dapat diwujudkan secara efektif. Dengan kata lain, fungsi orang yang dipimpin
hanyalah untuk melaksanakan perintah pemimpin.
4.
Fungsi
Konsultatif
Pemimpin menggunakan fungsi
konsultatif sebagai cara berkomunikasi dua arah dalam upaya menetapkan sebuah
keputusan yang membutuhkan pertimbangan dan konsultasi dari orang yang
dipimpinnya.
5.
Fungsi
Partisipasi
Pemimpin bisa melibatkan
anggotanya dalam proses pengambilan keptusan maupun dalam melaksanakannya.
6.
Fungsi
Delegasi
Pemimpin dapat melimpahkan
wewenangnya kepada orang lain, misalnya membuat dan menetapkan keputusan.
Fungsi delegasi adalah bentuk kepercayaan seorang pemimpin kepada seseorang
yang diberikan pelimpahan wewenang untuk bertanggung jawab.
7.
Fungsi
Pengendalian
Pemimpin bisa melakukan
bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan, terhadapa kegiatan para
anggotanya.[4]
C. Faktor-faktor
Kepengikutan
1.
Berdasarkan
Naluri
Dalam
klasifikasi ini, terjadinya kepengikutan pada sejumlah orang disebabkan
timbulnya dorongan untuk menaruh kepercayaan kepada seseorang, sehingga mereka
bersedia untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang dikehendaki orang yang
memperoleh kepercayaan itu. Orang yang menerima kepercayaan itu diakui sebagai
pemimpin karena dianggapnya mampu melindungi kepentingan atau mewujudkan
aspirasi orang-orang yang menaruh kepercayaan tadi.Kepemimpinan dan
kepengikutan jenis ini dinamakan kepemimpinan kharismatik (charismatic
leadership).
2. Berdasarkan Tradisi
Kepengikutan
ini timbul disebabkan adanya kebiasaan secara turun menurun. Kepengikutan jenis
ini terdapat baik dalam masyarakat skala besar seperti negara, maupun dalam
skala kecil seperti desa. Dalam kepengikutan jenis ini, orang-orang yang
menjadi pengikutnya tidak melakukan penilaian terhadap benar salahnya atau baik
buruknya kebijakan yang dijalankan pemimpin.
3. Berdasarkan Agama
Para
pengikut berdasarkan agama acapkali bersifat fanatik, berani mati, karena
matinya itu demi Tuhan penguasa dunia akhirat. Khalayak yang menjadi pengikut
pimpinannya berdasarkan agama menganggap bahwa pimpinannya itu adalah orang
yang dapat diandalkan dan dapat dipercaya, karena sebagai tokoh agama ia selain
menguasai ketentuan-ketentuan agama mengenai apa yang harus dilakukan dan mana
yang tidak boleh dilakukan, ia sendiri yang pertama-tama akan mematuhinya.
4. Berdasarkan Rasio
Kepengikutan
ini dapat dijumpai di kalangan orang-orang terpelajar dalam suatu masyarakat.
Mereka mengakui seseorang sebagai pimpinannya berdasarkan pertimbangan
rasional, berlandaskan penalaran (reasoning).Biasanya, khalayak yang secara
rasional mengakui seseorang sebagai pemimpinnya karena orang itu berpendidikan
tinggi dan berwawasan luas. Oleh karena itu, khalayak menganggap bahwa prilaku
sang pemimpin itu didasari pemikiran yang matang dengan menyadari akibat
prilakunya itu, serta mengetahui pula tindakan apa yang dijadikan antisipasi
jika kegiatannya itu keliru.
5. Berdasarkan Peraturaturan
Kepengikutan berdasarkan peraturan terdapat pada masyarakat modern,
dimana orang-orang mengelompokkan diri untuk mencapai suatu tujuan berdasarkan
kepentingan yang sama secara bersama-sama.[5]
D. Teori
munculnya Seorang Pemimpin
1. Teori Genetis
a) Pemimpin itu tidak dibuat, akan tetapi lahir jadi
pemimpin oleh bakat-bakat alami yang luar biasa sejak lahirnya.
b) Dia ditakdirkan lahir menjadi pemimpin dalam
situasi-kondisi yang bagaimanapun juga, yang khusus.
c) Secara filsafi, teori tersebut menganut pandangan
deterministis.
Inti dari ajaran teori ini tersimpul
dalam sebutan yang mengatakan bahwa: “leaders are born and not made”. Para
penganut teori ini mengatakan bahwa seseorang akan menjadi pemimpin karena ia
telah dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinan. Berbicara mengenai takdir,
secara filosofis pandangan ini tergolong kepada pendangan yang fatalistis atau
diterministis.
2. Teori Sosial
a) Pemimpin itu harus disiapkan, dididik dan dibentuk,
tidak dilahirkan begitu saja.
b) Setiap orang bisa menjadi pemimpin, melalui usaha
penyiapan dan pendidikan, serta didorong oleh kemauan sendiri.
Inti ajaran teori sosial ini ialah
bahwa “leaders are made and not born”, jadi merupakan kebalikan dari teori
genetis. Teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang
bisa menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.
3. Teori Ekologis
Seorang akan sukses menjadi
pemimpin, bila sejak lahirnya dia telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan dan
bakat-bakat ini sempat dikembangkan melalui pengalaman dan usaha pendidikan
yang sesuai dengan tuntutan lingkungan atau ekologisnya. Teori ekologis ini pada
intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik
apabila ia pada waktu lahirnya telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan,
bakat-bakat itu kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan
pengalaman-pengalaman yang memungkinkannya untuk mengembangkan lebih lanjut
bakat-bakat yang memang telah dimiliki itu.[6]
E. Pemimpin
Formal dan Informal
1. Pemimpin Formal
a) Pengertian
Pemimpin Formal adalah
orang yang oleh organisasi atau lembaga tertentu ditunjuk sebagai pemimpin,
berdasarkan keputusan dan pengangkatan resmi untuk memangku suatu jabatan dalam
struktur organisasi, dengan segala hak dan kewajiban yang berkaitan dengannya,
untuk mencapai sasaran organisasi.
Pemimpin formal adalah orang
yang oleh organisasi atau lembaga tertentu ditunjuk sebagai pemimpin,
berdasarkan keputusan dan pengakuan resmi untuk memangku suatu jabatan dalam
stuktur organisasi, dengan segala hak dan kewajiban yang berkaitan dengannya
untuk mencapai sasaran organisasi.[7]
b) Ciri-ciri
1) Berstatus sebagai pemimpin selama masa bakti/jabatan
tertentu, atas dasar legalitas formal oleh penunjukan pihak yang berwenang (ada
legitimasi).
2) Sebelum pengangkatannya, dia harus memenuhi beberapa
persyaratan formal terlebih dahulu.
3) Ia diberi dukungan oleh organisasi formal untuk
menjalankan tugas kewajibannya. Karena itu dia selalu memiliki
atasan/superiors.
4) Dia mendapatkan balas jasa materil dan immateril
tertentu, serta emolument (keuntungan ekstra, penghasilan sampingan) lainnya.
5) Dia bisa mencapai promosi atau kenaikan pangkat
formal, dan dapat dimutasikan.
6) Apabila dia melakukan kesalahan-kesalahan, dia akan
dikenai sanksi dan hukuman.
7) Selama dia menjabat kepemimpinan, dia diberi kekuasaan
dan wewenang antara lain untuk merumuskan kebijakan, memberikan motivasi kerja
kepada bawahan, menggariskan pedoman atau petunjuk, mengalokasikan jabatan dan
penempatan pegawai.
2. Pemimpin Informal
a) Pengertian
Pemimpin Informal adalah orang yang tidak mendapatkan pengangkatan formal sebagai pemimpin,
namun karena ia memiliki sejumlah kualitas unggul, dia mencapai kedudukan
sebagai orang yang mampu memengaruhi kondisi psikis dan perilaku suatu kelompok
atau masyarakat.
Pemimpin informal adalah orang yang tidak mendapatkan pengangkatan formal
sebagai pemimpin, namum karena ia memiliki kelebihan seperti kualitas
kepribadian, dia mencapai kedudukan sebagai orang yang mampu mempengaruhi
kondisi psikis dan perilaku suatu kelompok atau masyarakat tertentu.[8]
b) Ciri-ciri
1) Tidak memiliki penunjukan formal atau legitimitas
sebagai pemimpin.
2) Kelompok rakyat atau masyarakat menunjuk dirinya, dan
mengakuinya sebagai pemimpin.
3) Dia tidak mendapatkan dukungan dari suatu organisasi
dalam menjalankan tugas kepemimpinannya.
4) Tidak dapat di mutasikan, tidak ada promosi, dan tidak
memiliki atasan. Dia tidak perlu memenuhi persyaratan formal
5) Biasanya tidak mendapatkan imbalan balas jasa, atau
imbalan jasa itu diberikan secara sukarela.
6) Apabila dia melakukan kesalahan, dia tidak dapat
hukum, hanya saja kepercayaan dan respek orang terhadap dirinya berkurang,
pribadinya tidak tidak diakui atau ditinggalkan pengikutnya.
7) Status kepemimpinannya berlangsung selama yang
bersangkutan masih mau mengakui dan menerima pribadinya.
Pengaruh
pemimpin informal ini dapat positif, namun juga dapat negatif, demikian juga
peranan sosialnya di tengah masyarakat. Peranan sosialnya dalam memberikan
pengaruh berupa sugesti, larangan, dan dukungan kepada masyarakat luas untuk
menggerakkan atau berbuat sesuatubesaran peranan itu trgantung pada besar
kecilnya dampak sosial yang disebabkan oleh kepemimpinannya, serta tinggi
rendahnya status sosial yang yang diperolehnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah pemimpin, kemimpinan, dan
memimpin pada mulanya berasal dari kata dasar yang sama "pimpin".
Dalam bahasa Indonesia "pemimpin" sering disebut penghulu, pemuka,
pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala,
penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya. Sedangkan istilah Memimpin digunakan
dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan kemampuannya
mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara.
Dalam
suatu organisasi kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam
menentukan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.
Kepemimpinan merupakan titik sentral dan penentu kebijakan dari kegiatan yang
akan dilaksanakan dalam organisasi. Kepemimpinan adalah aktivitas untuk
mempengaruhi perilaku orang lain agar supaya mereka mau diarahkan untuk
mencapai tujuan tertentu.
B. Saran
Pada
dasarnya, kita sebagai manusia diberikan Allah keistimewaan menjadi khalifah
(pemimpin) di muka bumi ini. Sebagai seorang pemimpin, kita harus melatih
kepemimpinan yang dimulai dari diri kita sendiri, ketika kita sudah bisa
memimpin diri kita sendiri, maka kita akan bisa memimpin orang lain atau suatu
masyarakat dan organisasi. Oleh karena itu, dari sekarang latihlah diri kita
untuk memimpin diri sendiri dengan baik.
Apabila
terdapat kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini, kami memohon maaf, dan
harapan kami semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan kita bersama.
Daftar Pustaka
Purwanto, M. Ngalim. 1991. Administrasi
dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Robbins, Stephen P.
2002. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi. Jakarta: Erlangga.Thoha,
Miftah. 1983.
Kartini Kartono, arti pemimpin, (Jakarta:1994)
Thoha, pengertian kepemimpinan, (Bandung:1983)
Http://kepemimpinandalampendidikan
[1]
Kartini Kartono, arti pemimpin,
(Jakarta:1994), h. 181
[2]
Thoha, pengertian kepemimpinan, (Bandung:1983),
h.123
[3] Op, Cit.
[4] Purwanto,
M. Ngalim. 1991. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. (Bandung: Remaja
Rosdakarya). h.34
[5] Op, Cit.
[6]
Http://kepemimpinandalampendidikan, (online), Senin, 06 Maret 2018
[7]
Kartono dan Harbani, Jenis Pemimpin,
(Bogor:2013), h.11
[8] Op, cit.
Komentar
Posting Komentar